#VoiceGirlHeartBoy

Lusiana.
Aku diam tanpa kata. Jantungku berdetak. Hanya terdengar suara gesekan daun-daun bambu akibat angin yang melewati mereka. Aku menundukkan kepala menatap meja. Baru kali ini aku melihatnya ada sebelum aku sampai.
Indi.
Seperti biasa aku duduk diam dan bersandar pada dinding putih di belakangku. Satu meter di depanku, seseorang dengan duduk menunggu dengan gelisah. Aku tahu dia bukan menunggu atau melamun sembarangan. Apa mungkin ini waktu yang baik untukku mengatakannya?
Lusiana.
Apa sebaiknya aku menatapnya? Aku merasa di awasi olehnya. Kenapa makhluk-makhluk itu tidak sampai juga. Aku benar-benar sudah tidak nyaman di ruangan ini. Aku berdiri, hendak pergi dari ruangan.
Indi.
Aku terkejut ketika dia tiba-tiba bangkit.aku segera membuka tas abu-abu milikku. Entah kenapa aku tidak bisa menemukan buku bersampul biru muda itu.
Lusiana.
Aku mengambil handphone di dalam tas berwarna pink itu. Aku berniat mencari sinyal Wi-Fi untuk menghilangkan ketegangan yang kurasakan.
Indi.
Buku itu tidak juga ku temukan. Bagaimana caranya aku memanggilnya.
Lusiana.
Aku melihat dia sekilas sambil berjalan keluar mencari udara segar. Aku tak ingin seperti singa di kebun binatang, yang bisa melepaskan diri tapi terlalu takut menembus jeruji besi.
Indi.
Akhirnya aku menemukan buku itu. Jantungku semakin berdetak setelah melihat buku itu rusak karena tadi pagi aku terlalu terburu-buru.
"Lusiana" panggilku tanpa ku sadari.
Lusiana.
Aku berhenti setelah mendengar dirinya memanggilku dengan lancar. Aku berlahan membalingkan tubuh berusaha mengendalikan emosiku agar tidak terlihat gugup.
"Hem?"
"Ni, buku." ucapnya sambil menyodorkan sebuah buku bersampul biru muda.
"Oh" aku menghampirinya.aku bertingkah seolah tidak peduli.
Aku mengambil buku biru itu dari tangannya.
Indi.
Dia mengambil buku biru muda itu. Aku merasa super gugup. Mataku beralih melihat barang yanga ada di tangan kirinya.
"Boleh pinjem HP?" kalimat tanya itu tiba-tiba keluar dari mulutku. Hatiku rasanya tersambar petir.
Dia melihatku kebingungan. Aku yakin jika kebingungan antara boleh dan tidak.
Lusiana.
"Boleh pinjem HP?" kalimat tanya itu, aku sangat ingin di tanya seperti itu. Hatiku rasanya tersambar petir. Tapi, aku tidak boleh semanis yang inginku lakukan.
Aku akan berusaha tidak peduli tapi tetap mengawasi dia. "Buat apa?" tanyaku dingin.
Indi.
"Buat apa?"
"Pinjem, buru!" ucapku agak memaksa. Setidaknya aku bisa mengajaknya basa-basi sejenak sebelum aku mengatakan langsung pada Dia apa yang aku maksud.
Akhirnya dia menyerah dan memberikan handphonenya. "Ada kuotanya, gak?"
"Ada."
"Aktifin dulu datanya."
"Kayak raja aja!" dia duduk di kursi yang berdampingan denganku sambil melakukan apa yang aku suruh.
Lusiana.
Aku memberikan handphoneku setelah aku aktifkan datanya. Aku tak pernah sedekat ini lagi dengannya. Terakhir kali aku duduk dengannya dua bulan yang lalu itupun karena kepentingan tugas semata bukan seperti kejadian pagi ini.
"Buka apa, sih?" tanyaku berusaha mencari tahu apa yang ia lakukan dengan handphoneku.
"Kepo!"
"Handphone siapa!" balasku agak membentak.
"Kalem aja kali." aku menatapnya sebal. "Ngapain masih duduk di situ?"
"Hak!"
"Biasa!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Boy #3

Girl #3