Girl #4
Baru semalam tapi dia sudah memenuhi kotak pemberitahuanku. Aku setengah menyesal melakukan hal itu dan setengahnya lagi aku senang, aku jadi bisa mengawasinya dengan leluasa tanpa harus menatapnya yang sering membuatnya curiga. Aku senang sekali bisa membaca nama alaynya dengan lengkap. Sebenarnya itu bukan nama alay akan tetapi nama kecilnya tapi tetap saja itu terlihat alay.
Sesuai dugaanku dia akan tidak terkendali. Dia sadar jika yang membuat diriku menjauh adalah sikapnya yang seperti itu. Tapi, sepertinya dia tidak takut kehilangan dan percaya sepenuhnya jika aku akan terus ada bersamanya. Tidak sembarang orang bisa mempercaya orang yang baru ia kenal sepenuhnya, tapi berbeda dengannya. Aku baru mengenalnya dan langsung menyukainya, dan dia langsung memberikan kepercayaan penuh padaku mungkin karena itulah aku menyukainya.
Tak ada yang istimewa jika kau melihat fisiknya. Dia tidak lebih seperti gadis desa lainnya, namun di dalam wujud dunianya ada rasa kasih sayang yang besar dan otak yang cerdas. Dia adalah seorang wanita yang di siplin walaupun sering kali lupa, pemimpin yang tangguh sekalipun sulit untuk serius, dan sangat baik karena dia selalu mau menolong kesulitan orang lain sekalipun orang itu tak pernah membantunya seperti diriku. Terkadang aku merasa enak bertugas dengannya karena aku tinggal duduk sebentar dan ketika dia memanggilku itu artinya aku harus menulis.
Sayangnya, aku merusak semua itu dengan perasaanku itu. Tak ada gunanya mengatakan semua perasaanku kepada orang dekatku. Satu satunya cara agar masalah ini selesai adalah aku mengatakan rasa itu padanya secara langsung tanpa alat ataupun perantara orang lain, kalimat itu harus keluar dari mulutku sendiri. Alasan kenapa aku tidak pernah mengatakannya karena terlalu banyak resiko yang akan terjadi jika aku menyatakan perasaan itu pada dirinya, termasuk hubunganku dengan wanita lain yang berusaha menghadirkan kebahagian dalam hidupku.
Aku tak ingin jika dirinya menjadi canggung ketika berhadapan denganku. Buktinya sekarang dia sudah agak menjaga jarak denganku. Tak pernah berani mengajakku dan membiarkan aku melakukan apa yang ingin aku lakukan. Dia tak pernah lagi memarahi diriku. Dia tak lagi bertanya tentang orang lain pada diriku. Dan dia selalu saja membahas orang lain bukan membisikkan tentang diriku kepada orang lain. Sering aku merasa cemburu tapi aku sering memendam itu dengan diam dan duduk melamun.
Ingin sekali aku memegang handphonenya lagi. Tapi, sekarang dia sering menatapku curiga setiap kali aku berada di dekatnya. Jadi aku tidak berani meminjam apapun padanya lagi. Aku hanya dapat menatap pensil berwarna hijau tua yang tak sengaja tertukar dengan pensilku yang berjenis sama.
Hari ini aku beranikan diri menatap matanya. Tapi mataku tak bisa berlama-lama menatapnya karena aku takut jika dia menatap tajam kearahku. Aku ingin tahu sebuah kebenaran tentang statusnya yang memampangkan nama orang lain yang ku yakini itu adalah nama laki-laki di akunnya. Sekarang aku yakin jika aku cemburu dengan seseorang yang aku duga laki-laki yang terus berada di akunnya itu.
Lu, maksudku Lusiana Andriani Suci. Aku masih memiliki perasaan itu. Aku masih merasa cemburu. Aku masih memikirkan tentang dirimu. Aku masih ingin melihat kegilaanmu ketika dekat denganku. Aku masih ingin bersama kamu. Aku tak ingin bergantung pada makhluk-makhluk lain yang sebenarnya setara denganmu. Aku hanya bisa memilihmu sebagai bagian dari bahagiaku di tempat kau dan aku di pertemukan. Aku ingin dua tahun yang tersisa menyimpan kenangan indah bersamamu. Tapi aku tidak bisa mengharapkan lebih karena aku sadar apakah kata kita masih ada untuk dirimu dan diriku?
Intinya aku masih memegang kebohonganku untuk ku tebus agar kau bisa bahagia tanpa siksaan kebohongan yang ku mulai itu. Aku takkan mungkin mengatakan maaf padamu secara langsung tapi setulus hatiku aku hanya ingin memperbaiki semua yang ku hancurkan, berikan aku kesempatan yang kedua kalinya dan aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Sesuai dugaanku dia akan tidak terkendali. Dia sadar jika yang membuat diriku menjauh adalah sikapnya yang seperti itu. Tapi, sepertinya dia tidak takut kehilangan dan percaya sepenuhnya jika aku akan terus ada bersamanya. Tidak sembarang orang bisa mempercaya orang yang baru ia kenal sepenuhnya, tapi berbeda dengannya. Aku baru mengenalnya dan langsung menyukainya, dan dia langsung memberikan kepercayaan penuh padaku mungkin karena itulah aku menyukainya.
Tak ada yang istimewa jika kau melihat fisiknya. Dia tidak lebih seperti gadis desa lainnya, namun di dalam wujud dunianya ada rasa kasih sayang yang besar dan otak yang cerdas. Dia adalah seorang wanita yang di siplin walaupun sering kali lupa, pemimpin yang tangguh sekalipun sulit untuk serius, dan sangat baik karena dia selalu mau menolong kesulitan orang lain sekalipun orang itu tak pernah membantunya seperti diriku. Terkadang aku merasa enak bertugas dengannya karena aku tinggal duduk sebentar dan ketika dia memanggilku itu artinya aku harus menulis.
Sayangnya, aku merusak semua itu dengan perasaanku itu. Tak ada gunanya mengatakan semua perasaanku kepada orang dekatku. Satu satunya cara agar masalah ini selesai adalah aku mengatakan rasa itu padanya secara langsung tanpa alat ataupun perantara orang lain, kalimat itu harus keluar dari mulutku sendiri. Alasan kenapa aku tidak pernah mengatakannya karena terlalu banyak resiko yang akan terjadi jika aku menyatakan perasaan itu pada dirinya, termasuk hubunganku dengan wanita lain yang berusaha menghadirkan kebahagian dalam hidupku.
Aku tak ingin jika dirinya menjadi canggung ketika berhadapan denganku. Buktinya sekarang dia sudah agak menjaga jarak denganku. Tak pernah berani mengajakku dan membiarkan aku melakukan apa yang ingin aku lakukan. Dia tak pernah lagi memarahi diriku. Dia tak lagi bertanya tentang orang lain pada diriku. Dan dia selalu saja membahas orang lain bukan membisikkan tentang diriku kepada orang lain. Sering aku merasa cemburu tapi aku sering memendam itu dengan diam dan duduk melamun.
Ingin sekali aku memegang handphonenya lagi. Tapi, sekarang dia sering menatapku curiga setiap kali aku berada di dekatnya. Jadi aku tidak berani meminjam apapun padanya lagi. Aku hanya dapat menatap pensil berwarna hijau tua yang tak sengaja tertukar dengan pensilku yang berjenis sama.
Hari ini aku beranikan diri menatap matanya. Tapi mataku tak bisa berlama-lama menatapnya karena aku takut jika dia menatap tajam kearahku. Aku ingin tahu sebuah kebenaran tentang statusnya yang memampangkan nama orang lain yang ku yakini itu adalah nama laki-laki di akunnya. Sekarang aku yakin jika aku cemburu dengan seseorang yang aku duga laki-laki yang terus berada di akunnya itu.
Lu, maksudku Lusiana Andriani Suci. Aku masih memiliki perasaan itu. Aku masih merasa cemburu. Aku masih memikirkan tentang dirimu. Aku masih ingin melihat kegilaanmu ketika dekat denganku. Aku masih ingin bersama kamu. Aku tak ingin bergantung pada makhluk-makhluk lain yang sebenarnya setara denganmu. Aku hanya bisa memilihmu sebagai bagian dari bahagiaku di tempat kau dan aku di pertemukan. Aku ingin dua tahun yang tersisa menyimpan kenangan indah bersamamu. Tapi aku tidak bisa mengharapkan lebih karena aku sadar apakah kata kita masih ada untuk dirimu dan diriku?
Intinya aku masih memegang kebohonganku untuk ku tebus agar kau bisa bahagia tanpa siksaan kebohongan yang ku mulai itu. Aku takkan mungkin mengatakan maaf padamu secara langsung tapi setulus hatiku aku hanya ingin memperbaiki semua yang ku hancurkan, berikan aku kesempatan yang kedua kalinya dan aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Komentar
Posting Komentar